Selama beberapa pecan terakhir harga minyak dunia mengalami peningkatan yang cukup serius. Bahkan sangat tak terduga mencapai $ 147 per barrel. Dan harga ini cukup mempengaruhi perekonomian secara global, hingga demonstrasi timbul di berbagai penjuru dunia. Di Indonesia sendiri juga terjadi perubahan harga bahan bakar minyak.
Jika anda mengingat sejenak, sesaat setelah akhirnya diumumkannya kenaikan harga BBM oleh pemerintah apa reaksi spontan yang anda lontarkan? Dan setelah itu apa yang anda kerjakan? apakah ucapan: “Nahh, bener juga dehhh akhirnyanaik juga.!!” Seolah membenarkan kekhawatiran akan kenaikan harga BBM dan kemudian anda juga ikut-ikutan latah untuk mengantri di SPBU untuk mendapatkan BBM dengan harga lama, dan mengisi jirigen yang masih kosong di rumah. Seperti yang dikerjakan seorang janda dan anaknya pada zaman Elisa.
A different spirit
Reaksi spontan di atas muncul karena ada kekhawatiran selanjutnya yang seolah menjadi mata rantai yang panjang, kenaikan harga BBM akan disusul oleh kenaikan harga-harga yang lain. Dan akan semakin mencekik. Namun taukah anda reaksi spontan saat menghadapi sebuah kondisi yang pahit akan menentukan sikap hati dan akan menunjukkan siapa jati diri anda hari ini. Seperti saudara-saudara Yusuf saat mereka “dikerjai” Yusuf (Kej. 42:21). atau ketika bangsa
Tidak terjadi spontan
Saat ini mungkin anda sedang berada pada tingkat khawatir selanjutnya setelah harga BBM naik. Seolah-olah kenaikan harga BBM adalah awal dari
Berkat Penyertaan
“Aku sendiri hendak membibing engkau dan memberikan ketentraman kepadamu.” Kel 33:14
Janji ini ditulis bukan sekedar untuk menenangkan umat