Saturday, November 8, 2008

Suami Sayang Istri

"1 Demikian juga kamu, hai isteri-isteri, tunduklah kepada suamimu, supaya jika ada di antara mereka yang tidak taat kepada Firman, mereka juga tanpa perkataan dimenangkan oleh kelakuan isterinya,

2 jika mereka melihat, bagaimana murni dan salehnya hidup isteri mereka itu. "

1 Peter 3:1-2 TB-LAI

Sebagian besar pria menyukai bagian ini, sedang bagi para wanita adalah hal yang tidak menyenangkan. Bagaimana Tuhan memberi semua otoritas ini bagi para pria? Dan menekankan perendahan ini pada wanita? Terutama saat sebagian besar pria tidak cakap.

Jawaban dari persoalan ini, pertama, adalah anda tidak mengerti, dan yang kedua, ayat-ayat ini tidak terpisah dengan pasal sebelumnya.

Sebenarnya ini adalah hal yang berhubungan, dan hubungannya adalah mengenai hubungan dengan kuasa Tuhan. Merobek kuasa dosa atas hidupmu dan menggantinya dengan kuasa Roh Kudus melalui hubungan rumah tanggamu.

Artinya, kita tunduk pada pengaturan hukum, mengendarai di sisi tepat, ikut tata tertib lalu lintas, membayar pajak, dan lain sebagainya. Menghormati guru, atasan. Dan sekarang, para suami. Keluarga adalah bagian dari jemaat Tuhan. Adalah titik pertemuan keluarga, perkawinan dan anak. Keluarga adalah structur perlindungan dan pertumbuhan perkawinan dan menyediakan dasar untuk membesarkan anak. Semakin stabil sebuah keluarga, semakin baiklah masa depan anak-anaknya.
Selalu ada pengecualian tentunya. Kita hidup di dunia yang jahat, dan anak-anak mempunyai dosa alami, sebagaimana kita.

Keluarga memiliki aturan untuk mempertahankan strukturnya. Suami istri harus setuju dan mau memahami satu sama lain supaya perkawinan itu berjalan baik. Jika salah seorang atau keduanya bersikap egois, hasil yang dapat diperoleh

Suami dikaruniai kedudukan untuk berkuasa, karena ia yang menghidupi keluarga. Hal ini tidak membuatnya lebih bijak, atau lebih mampu sebagai pasangan.

Namun hal utama disini , sangat sederhana, kebutuhan keluarga dalam perkawinan lebih penting dibanding keinginan pribadi masing-masing.
Jika anda single, hanya dirimulah yang harus diperhatikan. Namun, dalam pernikahan, engkau harus menempatkan semua keinginanmu di tempat sampah, untuk dapat menempatkan kebutuhan pasangan, atau keluarga, atau anak-anak.

Meningkatkan konflik, tidak menyelesaikan apapun. Namun meningkatkan kasih dan perhatian, persahabatan, akan menghasilkan rumah tanggamu yang terjaga dan lebih bermutu.

Petrus menggambarkan situasi ini dengan saat seorang suami tidak berfungsi secara kerohaniannya, maka istrinya akan memenangkan suaminya karena contoh hidupnya, bukan karana paksaan.

Kenapa hal ini penting? Karena berkat turun dari Tuhan melalui orang percaya yang dewasa. Jika suami istri hidup dan bertumbuh rohaninya, maka berkat ganda yang akan diterima. Jika hanya salah satu, berkat yang diterima akan terbatas.

Dua lebih baik daripada satu, namun bukan berarti engkau dicurangi jika hanya salah satu yang bertumbuh rohaninya. Hal ini akan menolong hubungan, perkawinan, dan keluarga terutama saat masa-masa sulit menghajar. Engkau akan sanggup menghadapinya berdua, dibanding berkelahi diantara suami istri, dan berjalan sendiri sendiri. Dan akhirnya bahtera rumah tanggamu akan tenggelam.

Alkitab memerintahkan suami untuk mengasihi istrinva dan istri menghormati suami.

Dari sini, seorang gadis seharusnya tidak menikah sampai ia dapat menghormati calon suaminya. Hal itu dapat menghilangkan pertunangan singkat dan mencegah persoalan selanjutnya. Dari penghormati, tumbuh kasih.

Bagi suami, karena kuasa ada di tangannya, tanggung jawab ada pada suami. Saat masih single ia dapat melakukan keinginannya sendiri, tetapi dalam pernikahan hal itu hilang. Kasih berarti meletakkan pasangan dan anak-anak di tempat pertama, dan keinginan sendiri di tempat terakhir.

Hal ini tidak membuat para suami menjadi diktator atau mengizinkannya menjadi tirani. Kuasa artinya bertanggung jawab dan pada akhirnya Tuhan akan memberi hikmat untuk memimpin keluargamu.

Para istri, sebagaimana mestinya, bukan tanpa tanggung jawab. Dalam kehidupan rohani, bagian pertumbuhan rohani, berarti, bahwa kita semua bertanggung jawab atas kehidupan yang Tuhan berikan.

Kapten kapal memiliki otoritas penuh, tetapi perwira pertamalah yang menjalankan semuanya. Dalam kepangkatan, perwira pertama tahu pemilik otoritas penuh adalah kapten kapal, namun di dalam kapal, perwira pertama yang membawa
Kuasa dan otoritas kapten, terutama saat kapten kapal tidak ada.

Jadi, para istrilah yang mengelola semuanya, dengan menghargai anak-anak, mengatur pengeluaran, dan sebagainya.

Dan saat satu hari selesai, anak-anak sudah tidur, suami dan istri beristirahat membangun hungungan yang intim dimana tidak ada kedudukan. Itulah gambaran pernikahan semourna yang sesungguhnya diatur oleh istri.

Lewat hikmat, kebijakan dan inovasi pernikahan dapat berkembang melebihi pikiran tiap orang.

Bukan istri yang menjadi pemimpin, tetapi pengajaran dalam jiwanya yang menyediakan lingkungan dan kebijaksanaan untuk menjadikan suksesnya pernikahan.

TUHAN MEMBERKATI_